
KABARBALI.ID, KLUNGKUNG – Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirti kembali menelurkan karya intelektualnya. Setelah sukses dengan buku pertamanya Bhaerawa Adalah Jalanku yang dirilis pada 2019, kini beliau bersiap meluncurkan buku kedua bertajuk Bhaerawa Jnana (Ilmu Pengetahuan Bhaerawa).
Peluncuran buku ini akan digelar pada Sabtu, 30 Agustus 2025 pukul 14.00 WITA di Pasraman Sri Taman Ksetra, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Acara ini digagas oleh Yayasan Padukuhan Sri Chandra Bhaerawa (PSCB) dan terbuka untuk umum.
Dalam peluncuran sekaligus bedah buku nanti, akan hadir dua narasumber utama: dr. I Wayan Mustika dari komunitas spiritual Rumah Semesta, serta pengamat budaya I Wayan Westa. Keduanya akan mengupas isi buku sekaligus memberikan perspektif terhadap makna ajaran Bhaerawa di era modern.
Bahas Simbol-Simbol Spiritual Dalam Tradisi Bhaerawa
Ida Dukuh Celagi menjelaskan bahwa Bhaerawa Jnana adalah kelanjutan dari buku pertama yang lebih bersifat pengenalan umum. Di buku kedua ini, pembahasan lebih mendalam—khususnya terkait makna simbol-simbol spiritual yang digunakan para sadhaka Bhaerawa sejak masa lalu hingga kini.
Menurut Ida Dukuh, simbol-simbol dalam ajaran Bhaerawa telah mengalami pergeseran. Jika dahulu digunakan benda-benda ekstrem seperti tengkorak dan tulang, kini telah dimodifikasi menjadi benda yang lebih sederhana namun tetap sakral. Misalnya, tulang diganti dengan kayu bekas pembakaran, dan tengkorak diganti kelapa atau kerang yang telah disucikan.
“Simbolisasi tetap dipertahankan, tapi kita sesuaikan dengan konteks zaman dan nilai budaya hari ini. Esensinya tetap sama,” tegasnya.
Ajaran Pembebasan: Lawan Ilusi, Ego, dan Ketakutan
Lebih jauh, Ida Dukuh Celagi menekankan bahwa inti ajaran Bhaerawa adalah pembebasan jiwa. Ia menyebut ada tiga belenggu utama yang harus diatasi oleh setiap sadhaka, yaitu:
1. Ilusi atau keterikatan terhadap dunia maya dan fana,
2. Ego yang menjerumuskan pada kesombongan dan keakuan,
3. Ketakutan, yang menjadi musuh terbesar dalam perjalanan spiritual.
“Kalau ketiga hal ini bisa dilepaskan, maka seorang sadhaka akan berjalan tanpa beban duniawi, tanpa ego yang membutakan, dan tanpa rasa takut. Itulah hakikat pembebasan dalam Bhaerawa,” ujarnya.
Ketua panitia acara, Jro Mangku Wisnu Artha, menjelaskan bahwa peluncuran buku ini juga bertujuan meluruskan stigma negatif yang kerap melekat pada ajaran Bhaerawa di tengah masyarakat.
“Selama ini banyak yang memandang seram atau sesat, padahal Bhaerawa itu justru jalan spiritual yang sangat dalam dan mengajarkan kebebasan sejati,” katanya.
Menurutnya, buku ini bukan hanya untuk para sadhaka atau penghayat spiritual, tetapi juga penting bagi akademisi, peneliti, dan masyarakat umum yang ingin memahami filosofi dan konteks ajaran leluhur secara komprehensif.
“Kami juga bekerja sama dengan Rumah Semesta untuk mendukung penyebaran pemahaman yang lebih terbuka dan menyeluruh terhadap ajaran Bhaerawa,” tambahnya.
Terbuka Untuk Umum, Undang Banyak Tokoh
Acara peluncuran Bhaerawa Jnana akan menghadirkan sejumlah tokoh penting, mulai dari sulinggih, tokoh masyarakat, hingga perwakilan instansi terkait. Acara ini diharapkan menjadi wadah dialog spiritual dan pelestarian tradisi dalam balutan nilai-nilai kekinian.
“Buku ini bukan hanya karya tulis, tapi juga jembatan pemahaman antara generasi dan zaman,” tutup Ida Dukuh Celagi. (Sta/Kab).