Klungkung, kabarbali.id – Sepeninggal pemiliknya, Museum Seni Lukis Klasik Bali “Nyoman Gunarsa” yang meninggal pada 10 September 2017 silam, vakum. Kini, untuk mengenang karya besar karya besar sang maestro, pihak keluarga menggelar pameran khusus bersama Yayasan Indonesia. Pameran akan digelar sebulan penuh, dari Senin (9/9/2024) bertempat di museum setempat, di Jalan Pertigaan Banda, Dusun Banda, Desa Takmung, Banjarangkan, Klungkung, Bali.
Menurut Istri almarhum I Nyoman Gunarsa, Indrawati Gunarsa pameran ini untuk mengenang figur besar dalam kesenian Indonesia sekaligus sebentuk pertanggungjawaban sang maestro kepada masyarakat. Atas karya dan barang-barang koleksi museum yang ada dari zaman purbakala hingga zaman kerajaan, dan termasuk ratusan karya lukisan pribadinya.
“Kami sebagai penerus almarhum akan memamerkan karya, sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat, dan karya utama yang ditampilkan adalah sepanjang perjalanannya sebagai perupa akan ditampilkan sebagai bentuk sumbangsihnya kepada kesenian dan kebudayaan Indonesia,” kata Indrawati, Minggu (8/9/2024).
Dijelaskan, lebih dari setengah abad Nyoman Gunarsa berkarya, karya-karyanya tidak bisa dihitung baik yang sudah laku dilelang hingga yang masih tersimpan di museum, utamanya karya lukis ditempatkan khusus di museum kontemporer (bagian dari museum Gunarsa).
“Sebelum bapak meninggal dan kondisi sakit-sakitan sempat-sempatnya membuat karya 10 lukisan Presiden RI Joko Widodo, lima ada di Istana Negara dan lima lagi ada disini,”sebutnya.
Lukisan terakhirnya, kata dia, adalah Jokowi mendalang.
PDalam lukisan yang dilukis tahun 2017 itu, jokowi menjadi dalang sedangkan presiden-presiden sebelumnya sebagai penabuh dengan karakter dan ciri khasnya tersendiri.
“Ada bapak Gusdur karena kondisinya dalam tubuhnya sebagai tukang suling, Megawati suka seni jadi penabuh gamelan, Soekarno dan Habibie karena visioner sebagai tukang kendang dan SBY dibelakangnya penabuh gongnya, selain itu ada juga menteri-menteri dan tokoh pewayangan yang menjadi pendamping,” paparnya.
Lukisan itu belum selesai dikerjakan namun sudah ditinggal meninggal dunia karena sakit yang diderita. Dan saat melukis pun harus dipegang oleh asistennya. “Dikerjakan kurang lebih 4 hari dan itu baru 90 persen, kurang penguatan karakternya saja,” ujarnya.
Selain Jokowi mendalang, lukisan jumbo Jokowi lain ada Jokowi minum Jamu juga ikut dipamerkan. Selain itu, ratusan lukisan klasik karyanya bisa dinikmati selama sebulan penuh pameran digelar.
Selain mengungkap berbagai karya lukis yang digarap Gunarsa, utamanya visualisasi kesenian dan tradisi di Bali, Indrawati juga mengungkap satu lukisannya laku 1 juta dolar saat pemeran di Amerika tahun 1991 silam.
“Jaman itu dolar kurang dari Rp 2000 satu lukisan yang namanya lukisan Kumbakarna laku terjual 1 juta dolar, sekarang berapa kalau dirupiahkan,” katanya.
Untuk harga lukisan karya Gunarsa sendiri, paling murah terjual Rp 200 juta dengan ukuran sekitar 1×1 meter. “Yang ukuran kecil biasanya dikerjakan oleh bapak kurang lebih satu sampai dua jam saja, kini kami sebagai pewaris tetap melestarikan,” imbuh Indrawati.
Sementara Anak Almarhum, I Gede Artison Andarawata mengatakan selain lukisan semua karya Nyoman Gunarsa terkoleksi dengan baik dan terawat di Museum Nyoman Gunarsa. Merawat dan melestarikan Museum Nyoman Gunarsa dengan koleksinya yang segudang kata dia bukan perkara mudah.
Lebih-lebih Museum Nyoman Gunarsa murni praktek museum, tanpa didukung ada galeri. Merawat dan melestarikan museum perlu perencanaan dan manajemen secara komprehensif.
Hasil barang seni yang didapatkan di luar negeri utamanya Eropa, Belanda dan Amerika juga tetap terawat dengan baik.
“Aktivitas seni karawitan di Museum Nyoman Gunarsa juga berjalan berkelanjutan, Sehingga museum yang berdiri sejak 1994 itu tetap hidup dan menggeliat sampai sekarang,” Kata Artison yang akrab dipanggil Soni ini.
Dijelaskan, museum tidak sekedar untuk menyimpan koleksi benda-benda kuno, museum itu sebagai harta karun. Museum itu tempat melestarikan benda-benda bersejarah, budaya, maupun seni. Selain itu ada tanaman-tanaman obat (taru pramana), tanaman upakara yang langka juga ada di museum, yang bisa membantu umat Hindu ketika kesulitan mencarinya. (sta- kab).