

GIANYAR, KABARBALI.ID — Aliansi Pemuda Hindu Bali (APHB) Kabupaten Gianyar bersama Kementerian Agama Gianyar kembali menegaskan komitmennya menjaga keberlanjutan seni tradisi Bali. Melalui kegiatan nganyah seni yang digelar di Pura Dalem Desa Adat Kemenuh, Senin (1/12) malam, dua kesenian klasik—Tari Janger Galuci dan Prembon Gondong Makeplug—ditampilkan sebagai sarana edukasi budaya bagi generasi muda.
Ketua APHB Gianyar, I Wayan Degus Jaya, mengatakan pementasan ini bukan sekadar hiburan, tetapi ruang untuk memahami nilai filosofis di balik kesenian Bali. Ia menegaskan bahwa generasi muda harus tahu bahwa seni bukan hanya tontonan, tetapi juga tuntunan.
Dalam keterangannya, Degus Jaya menjelaskan bahwa Tari Janger menggambarkan kegembiraan, kekompakan, dan interaksi sosial yang harmonis antar muda-mudi.
“Janger bukan hanya hiburan, tetapi cerminan rasa guyub dan persatuan. Anak muda perlu memahami bahwa seni ini lahir dari spirit kebersamaan,” ujarnya.
Gerak, syair, dan formasi Janger disebut menjadi medium pendidikan karakter, mengajarkan etika pergaulan, gotong royong, dan rasa saling menghormati.
Selain Janger, pementasan Prembon turut memancing tawa para pemedek. Meski sarat humor, kesenian ini tetap kaya pesan moral.
“Prembon mengajarkan kearifan hidup, etika, dan nilai moral melalui humor. Ini cara adat Bali mendidik masyarakat sejak dulu,” kata Degus Jaya.
Ia menambahkan bahwa karakter seperti Bondres, Galuh, dan Patih mewakili beragam watak manusia, sehingga pesan moral mudah tersampaikan melalui dialog spontan dan komedi khas Bali.
Kegiatan nganyah seni ini sekaligus menjadi momentum mengajegkan tradisi dan memperkuat identitas budaya Bali. APHB menegaskan pentingnya regenerasi dan kontinuitas pertunjukan seni klasik agar tetap relevan lintas zaman.
“Seni tradisi adalah identitas kita. Di dalamnya ada moral, etika, kebersamaan, dan kearifan lokal yang harus terus diwariskan,” tutup Degus Jaya. (Tut/Kab).