
KLUNGKUNG, KABARBALI.ID – Suasana Hari Raya Banyupinaruh yang jatuh pada Minggu, 7 September 2025, sekaligus bertepatan dengan Purnama Ketiga, menjadi momen tragis bagi masyarakat yang berkumpul di Pusat Kebudayaan Bali (PKB), Kabupaten Klungkung.
Alih-alih menjadi tempat bersantai, lokasi milik Pemprov Bali tersebut justru menelan korban lakalantas akibat insiden kecelakaan yang melibatkan beberapa warga.
Padahal, sehari sebelumnya saat perayaan Hari Saraswati (6/9), aparat gabungan telah melakukan patroli di area tersebut dan melaporkan kondisi “aman”.
Namun, hanya berselang satu hari, tragedi terjadi.
Ketua DPD KNPI Provinsi Bali, Anak Agung Gde Utama Indra Prayoga, S.H., M.H., angkat bicara dan menyayangkan kejadian memilukan tersebut.
Menurutnya, insiden ini menunjukkan lemahnya koordinasi dan kesiapan pemerintah daerah maupun provinsi dalam menjamin keamanan, kenyamanan, dan keselamatan pengunjung.
“Kecelakaan ini seharusnya tidak terjadi bila standar keselamatan benar-benar diperhatikan. Apalagi PKB ke depan membawa nama besar Bali. Jangan sampai nyawa rakyat jadi taruhan di tempat yang bahkan belum rampung,” tegas Gung Indra saat dimintai keterangan, Senin (8/9/2025).
Lebih lanjut, Gung Indra menegaskan bahwa tragedi ini harus menjadi alarm bersama, dan tidak bisa dianggap sebagai musibah semata.
“Ini bukan yang pertama. Sudah lebih dari dua kali insiden terjadi di PKB Klungkung. Artinya ada yang keliru, ada yang lalai, dan harus segera diperbaiki,” tambahnya.
Ia menyindir kecenderungan petugas atau pihak berwenang yang hanya muncul di awal, melakukan patroli, selfie dokumentasi, lalu menghilang tanpa pengawasan berkelanjutan.
Ia mendesak agar dilakukan evaluasi menyeluruh dengan melibatkan Polisi, TNI, Satpol PP, Dishub, Pecalang, dan unsur pemerintah daerah serta provinsi, agar bisa menyusun strategi pengamanan jangka panjang tanpa membatasi ruang gerak masyarakat.
“Masyarakat datang untuk berkumpul, bersantai, berbelanja, dan itu sah-sah saja. Tapi tugas kita memastikan mereka aman dan tidak pulang dalam duka. Jangan tunggu korban lagi baru sibuk koordinasi,” tandasnya.
Dalam pandangan Gung Indra, penjagaan idealnya dilakukan di pintu masuk timur dan barat PKB, minimal dari siang hingga malam hari. Hadirnya petugas bukan untuk membatasi, melainkan mencegah potensi gangguan seperti kekerasan, perusakan, maupun aksi berbahaya lainnya.
“Kalau soal budaya, kita bangga. Tapi kalau soal keselamatan rakyat? Hehehe,” pungkasnya. (Sta/Kab).