Gianyar, kabarbali.id – Polisi akhirnya menetapkan tersangka dalam kasus pengeroyokan terhadap Dedianus Kalaiyo pada Selasa (15/10/2024) malam. Pria asal , Nusa Tenggara Timur (NTT), itu tewas diamuk puluhan orang setelah mengunggah video bernada SARA yang menyinggung warga Bali di TikTok.
Kapolres Gianyar, AKBP Umar mengatakan tersangka sudah ditangkap oleh jajaran SatuanSumba Barat Daya reserse kriminal (Satreskrim) Polres Gianyar.
“Tersangka sudah kami amankan, mohon bersabar nanti kami informasikan secara detail terkait bagaimana kejadiannya hingga kasus pengeroyokan mengakibatkan korban jiwa ini terjadi,” Kata Umar kepada detikBali, Kamis (24/10/2024) pagi.
Umar menyebut masih ada proses pendalaman dan pengembangan dalam kasus ini, untuk mendapatkan kepastian siapa pelaku dan motifnya.
“Secepatnya hari ini kami akan sampaikan detailnya,” ujarnya.
Dari keterangan sejumlah saksi yang sempat dimintai keterangannya oleh Polisi, terungkap sebelum dikeroyok Dedianus mengabadikan upacara Melasti yang digelar oleh Warga Banjar Angkling, Desa Adat Bakbakan, Gianyar, Bali. Pria berusia 19 tahun itu lalu mengunggah video itu dengan memberikan keterangan bernada SARA.
Video tersebut lalu viral. Massa yang tersinggung berkumpul dan menyisir sejumlah tempat untuk mencari Dedianus. Massa menemukan terduga pelaku berada di rumah penampungan pekerja proyek milik Komang Trisna Purwantara di Desa Adat Gitgit.
Sekitar 50 orang, Tantra melanjutkan, ramai-ramai menarik Dedianus dari rumah tersebut. Mereka lalu main hakim sendiri dan mengakibatkan dia luka-luka bekas pukulan dan luka akibat senjata tajam.
Selain itu, Rabu (23/10/2024) siang, suasana di sana tampak lengang. Ada beberapa orang yang terlihat. Sayang, tak satu pun di antara mereka bersedia menjelaskan perihal kejadian yang menimpa Dedianus.
Tak jauh lokasi, ada proyek jalan dan gorong-gorong. Sejumlah orang tampak bekerja menggarap proyek. Sebelum tewas, di sanalah Dedianus yang berasal dari Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu bekerja.
Nengah, salah seorang pekerja proyek, mengaku tahu dengan korban. Namun, dia mengaku tidak tahu persis mengenai peristiwa tersebut.
“Beda bos proyeknya, titik kerja juga beda,” ujar Nengah.
Sementara itu, dihubungi terpisah, Bendesa Adat Gitgit Dewa Gede Putra mengaku saat kejadian tidak ada di lokasi karena sedang sakit. Dia membenarkan sebelum kejadian ada upacara Melasti di wilayahnya. Dewa pun mengikuti upacara tersebut.
“Pada tanggal 15 Oktober 2024 sedang dilaksanakan upacara Melasti karena ada upacara di Pura Puseh. Saat itu memang sedang ada kegiatan proyek jalan dan hingga saat ini sedang berlangsung,” kata Dewa Putra.
Setelah ikut upacara Melasti, Dewa Putra langsung pulang karena tidak enak badan. Keesokan harinya, Rabu (16/10/2024), Dewa didatangi petugas Binmas terkait peristiwa yang terjadi pada Selasa malam. Yakni, amuk massa yang menewaskan Dedianus.
“Saat ini sedang proses hukum di Polres Gianyar. Saya tidak mau bicara lebih jauh, apalagi tidak ada di lokasi saat kejadian,” ujar Dewa. (dit – kab).