

DENPASAR, KABARBALI.ID — Tim penilai Innovative Government Award (IGA) 2025 melakukan validasi lapangan terhadap sejumlah inovasi Pemerintah Provinsi Bali, Jumat (21/11). Tim yang melibatkan akademisi, IPDN, dan Kompas TV ini meninjau langsung penerapan program inovatif serta mencocokkan data dengan kondisi lapangan di berbagai OPD dan lokasi percontohan.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah inovasi digitalisasi Pungutan Wisatawan Asing (PWA) melalui aplikasi We Love Bali, yang dikembangkan tanpa vendor oleh tim internal Diskominfos Bali.
“Sistem ini mendukung pemungutan PWA di hotel maupun destinasi melalui QR. Mobile checker dan banner digital sudah berjalan,” ujar Sekretaris Diskominfos Bali, Gusti Ngurah Kama Wijaya.
Aplikasi ini kini dapat diakses dari 162 negara. Dinas Pariwisata juga membuka layanan customer support untuk wisatawan asing. Kepala Dinas Pariwisata Bali, I Nyoman Sumarajaya, menegaskan langkah percepatan integrasi sistem sesuai arahan Gubernur Bali.
“Kami terus berupaya mengurangi loss wisatawan yang belum membayar PWA,” katanya.
Hingga Oktober 2025, PWA telah menghasilkan lebih dari Rp320 miliar, dengan target Rp380 miliar pada akhir tahun.
Selain digitalisasi PWA, tim penilai juga meninjau inovasi Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber (PSBS), program yang menjadi kunci menuju Bali Bersih Sampah 2027.
Tim mengunjungi Desa Adat Cemenggaon di Celuk, Sukawati—nominator penghargaan—yang sukses menerapkan Pola PESAN-PEDE (Pengelolaan Sampah Mandiri Pedesaan). Program ini memadukan kearifan lokal, Perarem Desa Adat, dan filosofi Tri Hita Karana dalam pengaturan pemilahan sampah dari rumah tangga.
Sejak 2020, setiap kepala keluarga memiliki Teba Modern, yaitu lubang permanen dari buis berdiameter 1 meter dan kedalaman 3 meter untuk mengolah sampah organik dan sisa upacara adat. Sampah anorganik dikelola Bank Sampah Sami Asri.
Dampaknya signifikan. Sebelumnya desa mengirim 1,2 ton sampah per hari ke TPA Temesi, kini residu hanya 1 pick up per minggu.
Kompos dari Teba Modern dapat dipanen setelah satu tahun ketika warnanya gelap, tidak berbau, dan menyerupai tanah. Tim penilai menilai praktik ini sebagai contoh konkret PSBS yang sederhana, murah, dan efektif.
Dalam sesi penilaian sebelumnya, Gubernur Bali Wayan Koster menegaskan pentingnya inovasi untuk menjaga keberlanjutan ekonomi Bali yang sangat bertumpu pada sektor pariwisata.
Bali menyumbang 53 persen devisa pariwisata nasional, dengan kontribusi 66 persen terhadap perekonomian daerah. Namun, berbagai tantangan mengancam keberlanjutan, seperti sampah, kemacetan, dan krisis air bersih.
“Inovasi menjadi kunci menjaga kualitas pariwisata dan lingkungan Bali,” tegas Koster.
Hasil penilaian IGA 2025 akan menentukan daerah yang meraih penghargaan inovasi pemerintahan terbaik tahun ini. (Rls/Kab).