kabarbali.id – Setiap 15 hari sekali, umat Hindu di Bali, melaksanakan upacara Kajeng Kliwon. Upacara ini memberikan korban suci sebagai persembahan kepada Ida Shang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) beserta seluruh manifestasinya.
Bali percaya bahwa upacara Kajeng Kliwon begitu suci sehingga dianggap keramat.
Pada saat Kajeng Kliwon, sesajian diberikan kepada Sang Hyang Dhurga Dewi. Sesajian tersebut berupa nasi kepel lima warna, yakni nasi merah, nasi kuning, nasi hitam, nasi cokelat dan nasi putih.
3. Kajeng Kliwon Pamelastali (Watugunung Runtuh, yang datang setiap enam bulan sekali
Saat kajeng kliwon, umat Hindu di Bali biasanya menghaturkan banten segehan sebagai sarana penetralisir kekuatan negatif. Ada pula tipat dampulan sebagai lambang bahwa jiwa manusia sedang digodok oleh emosi.
Segehan berasal dari kata suguh atau suguhan. Persembahan berupa segehan ditujukan untuk para bhuta kala agar tidak mengganggu kehidupan manusia.
Segehan ditujukan untuk alam bawah atau bhuwana alit. Segehan yang dihaturkan pada saat kajeng kliwon adalah segehan cacah dan mancawarna. Segehan dihaturkan di beberapa tempat dan ditujukan kepada penghuni alam bawah yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan bhuta kala yang kasat mata. (kab).