
KABARBALI.ID, GIANYAR – Gianyar kembali menegaskan julukannya sebagai “pulau dengan seribu festival” melalui gelaran Sebatu Kala Patra Festival 2025, sebuah festival budaya yang lahir dari semangat kolaborasi generasi muda Desa Adat Sebatu, Kecamatan Tegallalang.
Diselenggarakan pada 2–3 Agustus 2025 di kawasan Pura Gunung Kawi Sebatu, festival ini tidak sekadar menjadi panggung pertunjukan seni, tetapi juga ruang sakral yang mempertemukan warisan leluhur dengan semangat kekinian.
Festival ini digagas dalam rangka ulang tahun STT. Cila Mekar Sebatu, sekaligus menjadi simbol kebangkitan kreativitas masyarakat adat setempat.
Dengan mengusung tema “Desa Kala Patra: Ruang dan Waktu dalam Balutan Tradisi”, panitia ingin menghadirkan refleksi akan pentingnya menjaga akar budaya di tengah gelombang perubahan zaman.
“Sebatu Kala Patra Festival adalah ajakan untuk menyelami makna kehidupan di desa yang masih menjaga nilai-nilai spiritual, namun terbuka pada perkembangan zaman,” ujar Ketua Panitia Festival, Kadek Dwi Alit Saputra.
Dukungan penuh datang dari Desa Adat Sebatu, yang melihat festival ini sebagai momentum penting untuk memperkuat identitas budaya. I Wayan Lanus, Bendesa Adat Sebatu, menyatakan bahwa inisiatif Sekehe Teruna Teruni menyelenggarakan festival ini akan menjadi catatan budaya penting yang patut dilestarikan.
Festival ini menghadirkan kolaborasi lintas generasi, yang melibatkan UMKM lokal, seniman tradisi, penari, pelajar SD hingga anak-anak muda desa. Program-program utama yang ditampilkan antara lain:
Tari Rejang Playon Masal, tarian sakral khas Desa Sebatu
Malam Budaya, pertunjukan seni anak-anak
Pameran kuliner dan kerajinan tangan lokal
Fun Run, menyusuri keindahan alam pedesaan
Lomba anak-anak
Festival Musik Terbuka
Yang menarik, seluruh rangkaian kegiatan ini gratis, baik untuk pengunjung maupun pelaku UMKM yang ingin berpartisipasi.
Melalui festival ini, Desa Adat Sebatu ingin menunjukkan bahwa mereka bukanlah pinggiran dalam makna kultural. Justru di tempat inilah kreativitas dan spiritualitas tumbuh berdampingan. Desa menjadi gumi seni yang tak hanya hidup, namun juga bersuara lantang melalui karya dan budaya.
“Kami ingin dunia tahu bahwa desa kecil pun bisa bersuara melalui budaya dan generasi mudanya. Media punya peran penting untuk menyebarkan semangat itu,” kata panitia.
Dengan latar alam yang asri dan semangat gotong royong warga, Sebatu Kala Patra Festival 2025 diharapkan mampu menjadi inspirasi baru dalam peta festival budaya Bali—mewakili suara desa, jiwa tradisi, dan semangat perubahan. (Tut/Kab).