Sekda Gianyar: Pariwisata Tinggi Jangan Melena, Desa Adat Harus Kuat dan Mandiri

GIANYAR, KABARBALI.ID – Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Gianyar, I Gusti Bagus Adi Widya Utama, menegaskan bahwa tingginya pertumbuhan ekonomi dan lonjakan kunjungan wisatawan ke Bali tidak boleh membuat daerah terlena. Sebaliknya, kondisi tersebut harus menjadi momentum untuk memperkuat peran dan kemandirian Desa Adat sebagai benteng budaya sekaligus fondasi pembangunan Bali.

Penegasan itu disampaikan Sekda Gianyar yang akrab disapa Gusbem saat mewakili Bupati Gianyar membuka Seminar Desa Adat bertema “Turis Tembus 6 Juta, Desa Adat Menjadi Apa?” di Ruang Rapat Kantor LPD Desa Adat Tulikup Kaler, Kecamatan Gianyar, Selasa (23/12/2025).

Dalam sambutan Bupati Gianyar yang dibacakan Sekda, disampaikan apresiasi atas capaian pertumbuhan ekonomi Bali yang mencapai 5,8 persen hingga triwulan III 2025, tertinggi secara nasional. Selain itu, jumlah kunjungan wisatawan ke Bali juga mencatatkan rekor dengan menembus angka 6 juta orang.

Namun, capaian tersebut diingatkan agar tidak membuat pemerintah daerah dan masyarakat kehilangan kewaspadaan.
“Pengalaman pandemi mengajarkan kita bahwa hampir 100 persen pendapatan daerah bersumber dari sektor pariwisata. Pariwisata harus dijaga, tetapi fondasi lain juga harus diperkuat agar tidak rapuh,” pesan Bupati.

Sekda Gianyar menyoroti kondisi sebelum tahun 2018, saat Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gianyar berada di kisaran Rp600 miliar, sebelum akhirnya terguncang hebat akibat pandemi COVID-19 pada 2019–2022. Pengalaman itu, menurutnya, menjadi pelajaran penting tentang ketahanan ekonomi daerah.

Gusbem juga membandingkan Bali dengan destinasi wisata dunia seperti Swiss dan Vietnam. Meski sejumlah negara memiliki keunggulan alam yang lebih lestari dan harga akomodasi yang kompetitif, Bali memiliki kekuatan yang tidak tergantikan.
“Bali ini ibarat museum hidup. Setiap aktivitas masyarakat diatur oleh tatanan adat dan budaya yang diwariskan turun-temurun. Inilah yang dicari wisatawan,” tegasnya.

Karena itu, Desa Adat didorong untuk semakin mandiri dan kuat, tanpa kehilangan keunikan masing-masing. Bupati Gianyar menyatakan dukungan terhadap program Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali serta kebijakan Pemerintah Provinsi Bali, namun menegaskan bahwa tidak semua aturan adat bisa diseragamkan.

“Setiap desa adat punya kekhasan. Yang belum diatur bisa disepakati bersama, tetapi yang sudah berjalan baik harus dijaga dan dilestarikan,” ujarnya.

Bupati Gianyar juga menyinggung inisiatif Kecamatan Gianyar sebagai pelopor pembentukan usaha bersama desa adat. Namun ia mengingatkan pentingnya sinergi matang antara desa adat dan desa dinas, mengingat desa dinas juga menjalankan program nasional, termasuk pembentukan koperasi dan unit usaha ekonomi.

Menurutnya, sebelum berbicara tentang daya saing, Desa Adat harus memiliki daya tahan, dan kunci utama daya tahan tersebut adalah sumber daya manusia (SDM).
Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Gianyar terus memperkuat investasi pendidikan melalui program beasiswa bagi 1.000 orang setiap tahun, dengan nilai sekitar Rp60 juta per anak hingga pendidikan tuntas.
“SDM yang kuat tidak boleh tergerus budaya luar. Di sinilah peran Desa Adat menjaga jati diri Bali,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa tantangan saat ini bukan lagi perang fisik, melainkan perang ekonomi, sehingga ekonomi Desa Adat harus diperkuat agar masyarakat Bali tidak hanya menjadi penonton di tanahnya sendiri.

Menutup sambutan, Sekda Gianyar secara resmi membuka Seminar Desa Adat tersebut dengan harapan Desa Adat semakin berdaya, mandiri, dan berjaya sebagai penjaga Bali hari ini dan masa depan. (Tut / Kab).

kabar Lainnya