Tampilkan Siklus Kehidupan Orang Bali,  Klungkung Juara II Nasional Ajang Fashion Show Wastra Nusantara

Penampilan model Klungkung dengan kain Cepuk Khas Nusa Penida dan tema kearifan lokal dan berhasil meraih juara II Nasional ajang Fashion Show Wastra Nusantara, Kamis (11/7/2024) (foto : Pemkab Klungkung).

Klungkung, kabarbali.id –  Penampilan Kabupaten Klungkung, pada ajang fashion show Wastra Nusantara, di Panggung utama hall B Jakarta Convention Center, Senayan Jakarta, pada Kamis (11/7/2024) malam membuat terpukau mata juri dan penonton.

Selaku desainer busana, I Made Sudiarkajaya, mengatakan dalam lomba ini Klungkung berjaya dengan juara dua nasional, pada fashion show Wastra Nusantara yang diikuti oleh seluruh Kabupaten Kota di Indonesia, peserta rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVI Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) tahun 2024.

“Tema kami adalah The Royal Secret Of Life Ceremony, busana yang dikenakan dua pasang model ini memiliki filosofis siklus kehidupan manusia orang Bali, yang disebut reinkarnasi,” kata Sudiarkajaya yang juga pejabat Kepala Dinas Perizinan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPPMPTSP) ini, Jumat (12/7/2024).

Dijelaskan, konsep desain itu mencerminkan bagaimana upacara dari masa anak-anak ke masa remaja yang disebut raja sewala, kemudian yang berikutnya setelah dia remaja memasuki usia dewasa dia akan melakukan pernikahan.

“Ada juga model royal wedding party, dengan pakaian yang digunakan dari bahan kain tenun cepuk asli Nusa Penida Klungkung, yang bahan pewarnanya menggunakan warna alam sebesar 80 persen sisanya baru proses kimiawi,” imbuhnya.

Komposisi warna juga, menggunakan merah hitam dan warna putih, yang mencerminkan warna tridatu. Proses tenun dan pewarnaan selama 1 tahun karena menggunakan warna alam sedangkan proses penjahitan menghabiskan waktu sebulan.

“Untuk produk gaun ini harapan kami tentunya kami selaku designer juga harus bertanggung jawab terhadap produk lokal khususnya tenun cepuk untuk bisa bersaing di pasar global dan juga bisa lebih memasyarakat,” pungkasnya.

Kriteria lomba yang digelar adalah bahan dan desain dengan kearifan lokal, aksesoris budaya lokal, pengetahuan desain terhadap bahan, make up dan hairdo serta detail dan kekuatan jahitan. (sta/kab).

kabar Lainnya