Tempat Melukat Sebatu – Tegallalang, Gianyar, Tata Cara dan Sarana yang Dibawa

Tempat melukat di Sebatu, Tegallalang Gianyar. (foto : ig anggasetiawan).

Gianyar, kabarbali.id – Salah satu tempat melukat (membersihkan diri dengan air suci), yang terkenal adalah di pesiraman dalem Pingit Sebatu, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali. selain lokasinya sangat asri, warga setempat percaya bahwa ditempat ini memiliki kekuatan magis yang memberikan efek positif kepada setiap orang yang melakukan ritual melukat.

Ditemukan sejak tahun 2007 silam, tempat melukan ini kemudian viral dan menjadi salah satu lokasi melukat ternama di Bali.

Jero Mangku Pura Dalem Pingit Sebatu, I Wayan Adi Armika mengatakan lokasi melukat ditemukan saat wisatawan asing hendak mencari tempat permandian yang bersih, asri dan tenang disekitar desa. Kemudian menemukan tempat yang sekarang disebut Pasiraman Dalem Pingit Sebatu. “Ketika itu warga sekitar belum mengenal tempat itu sebagai genah atau tempat melukat,” ungkapnya.

Ini karena satu fenomena dimana air tersebut berubah warna menjadi keruh seperti warna air beras. Dan menjadi buah bibir masyarakat setempat.
Pihak adat kemudian parum, untuk meminta petunjuk tentang tempat ini.

“Tirta ini konon untuk menghilangkan ilmu hitam. Ada juga, masyarakat, yakni pasangan yang sudah menikah dan belum punya anak melukat bersama di sini,” ujarnya.

Sarana Melukat di Sebatu

1.Daksina pejati, (terutama bagi mereka yang pertama kali melukat).

2.Pejati yg dibawa hendaknya berisi pisang/biu kayu, berisi bunga tunjung warna bebas.

3.Sarana sembahyang menggunakan kwangen dengan menggunakan bunga jempiring, sekar tunjung biru & pis bolong (uang bolong) 11 kepeng.

4.Pakaian yang di pakai nangkil yaitu pakaian adat Bali, dimana pada saat melukat boleh hanya memakai kain kamen dan disarankan untuk tidak memakai perhiasan.

Tata Cara Melukat di Sebatu

1. Pertama bersembahyang di pelinggih pura Dalem Pingit dan Kusti yang letaknya agak diatas dari tempat pesiraman dengan sarana kwangen. Biasanya dipimpin oleh pemangku pada saat hari keagamaan seperti purnama, kajeng kliwon.

2. Usai sembahyang,kwangen yang ada uang kepengnya dibawa kelokasi melukat. caranya, kwangen di letakan di depan jidat atau ubun ubun seperti saat kita muspa, dengan membasahi kepala dan ubun ubun, setelah kepala basah lepas kewangan agar hanyut bersama air.

3. Setelah selesai melukat, pemedek sembahyang sekali lagi di pelingih yang ada di dekat batu, sekalian nunas tirta dan bija.

Lokasi

Peta Lokasi 

(pur / kab).

kabar Lainnya