Upacara Mecaru Digelar di Lapangan Sampalan Pasca Insiden Penusukan, Desa Adat Batununggul Tegaskan Komitmen Harmonisasi

Sebagai bentuk upaya menjaga keharmonisan lingkungan pasca insiden penusukan yang terjadi pada kegiatan pasar malam di Lapangan Umum Sampalan, Desa Adat Dalem Setra Batununggul menggelar upacara mecaru pada Kamis (8/5/2025).

KABARBALI.ID, KLUNGKUNG – Sebagai bentuk upaya menjaga keharmonisan lingkungan pasca insiden penusukan yang terjadi pada kegiatan pasar malam di Lapangan Umum Sampalan, Desa Adat Dalem Setra Batununggul menggelar upacara mecaru pada Kamis (8/5/2025). Upacara ini dilaksanakan guna menetralkan unsur negatif dan memulihkan keseimbangan secara sekala dan niskala.

Upacara pencaruan dilaksanakan pada sore hari menjelang petang, dipuput oleh Mangku Ajeg Pura Dalem serta dihadiri oleh Badan Keamanan Desa Adat (Bakamda), prajuru adat, dan pecalang setempat. Prosesi berlangsung khidmat dan lancar, dengan doa bersama memohon keselamatan serta keseimbangan alam dan batin.

I Dewa Nyoman Kuning Ardhana, selaku perwakilan Bakamda, menjelaskan bahwa pelaksanaan mecaru ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab adat untuk mengembalikan vibrasi positif di lingkungan yang sebelumnya diguncang oleh kejadian tak terduga.

“Upacara mecaru manca ini kami laksanakan sebagai upaya untuk menetralisir energi negatif yang mungkin timbul akibat kejadian penusukan tersebut. Ini adalah bentuk harmonisasi antara dunia nyata (sekala) dan spiritual (niskala),” jelasnya.

Mecaru ini menjadi bentuk nyata komitmen desa adat dalam menjaga ketenteraman wilayah, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara spiritual sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal Bali.

Bendesa Adat Dalem Setra Batununggul, I Dewa Ketut Anom Astika, menyampaikan bahwa pelaksanaan mecaru telah dikoordinasikan dengan berbagai pihak, termasuk Camat Nusa Penida, Pemerintah Desa Batununggul, serta Polsek Nusa Penida. Menurutnya, pencaruan ini sekaligus menjadi sarana introspeksi dan ajakan kepada masyarakat agar lebih bijak dalam menjaga keamanan dan ketertiban bersama.

“Kami berharap melalui pelaksanaan mecaru ini, suasana kembali harmonis dan aman. Ini juga menjadi pengingat bahwa keamanan bukan hanya tanggung jawab aparat, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat,” tegasnya.

Pelaksanaan mecaru ini juga menunjukkan bahwa tradisi dan budaya lokal memiliki peran penting dalam membangun ketahanan sosial. Upacara adat bukan hanya ritual simbolik, namun menjadi media pemulihan kolektif dan pemersatu antarwarga setelah terjadinya peristiwa yang mengguncang psikologis masyarakat.

Pemerintah dan desa adat mengimbau masyarakat agar tetap tenang, tidak mudah terprovokasi, dan terus menjaga keharmonisan wilayah dengan semangat gotong royong. (San/Kab).

kabar Lainnya