

KLUNGKUNG, KABARBALI.ID – Hari Raya Galungan yang dirayakan setiap enam bulan sekali kembali menjadi momen penting bagi para petani di Bali untuk meningkatkan kesejahteraan.
Kebutuhan masyarakat akan sarana upakara seperti bunga, janur, buah-buahan, serta pisang selalu meningkat signifikan menjelang perayaan suci umat Hindu tersebut.
Anggota DPRD Klungkung yang juga Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Klungkung, I Wayan Widiana, menyampaikan pentingnya para petani memanfaatkan momentum Galungan untuk meningkatkan produksi dan pemasaran hasil pertanian lokal.
“Bunga, janur, buah, pisang tentu paling diperlukan selain daging untuk hari raya. Pada saat hari raya, petani akan meraup untung lebih,” ujar Widiana, Senin (17/11/2025).
Politisi yang juga menjabat sebagai Bendahara Partai Gerindra Klungkung dan ketua Fraksi Gerindra DPRD Klungkung itu menegaskan bahwa kebutuhan upakara selalu naik tajam beberapa hari menjelang Galungan.
Widiana menilai, pola peningkatan permintaan yang berulang setiap six-month cycle seharusnya dapat dimanfaatkan dengan lebih maksimal oleh para petani.
Ia mendorong agar petani mempersiapkan produksi jauh hari, terutama komoditas yang kerap melonjak permintaannya, seperti janur dan bunga sandat, bunga jempiring, serta berbagai jenis buah dan pisang yang menjadi komponen utama sesajen Galungan.
Selain berdampak pada pendapatan petani, momentum Galungan juga disebut turut menggerakkan ekonomi desa. Aktivitas pasar tradisional meningkat, dan rantai pasok pertanian lokal bergerak lebih cepat karena kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun upacara adat.
Widiana berharap pemerintah daerah dapat terus mendampingi petani, baik dalam penyediaan bibit unggul, teknologi pertanian, maupun akses pasar, sehingga kesempatan meraih keuntungan pada musim Galungan dapat dimaksimalkan.
“Setiap Galungan merupakan berkah bagi petani. Tinggal bagaimana kita mengelola produksi dan distribusinya agar ekonomi petani semakin kuat,” tegasnya.
“Selamat Hari raya Galungan dan Kuningan untuk umat sedarma, dumogi Rahayu,” (Sta/Kab).