Kabarbali.id – TikTok saat ini menjadi media sosial terbesar di dunia dan sangat digandrungi anak muda alias generasi gen z. dibalik hebohnya penggunaan TikTok tersebut, ada pengaruh dan dampak bagi mental seseorang. Merangkum dari Depression and Bipolar Support Alliance (DBSA) berikut 4 pengaruh TikTok terhadap kesehatan remaja, anak muda, atau Gen Z. Baik atau buruk ya?
Menemukan komunitas dan validasi di TikTok sangat penting untuk perkembangan remaja. Ketika seseorang yang tidak terlibat di dalam dunia dengan cara yang sehat seperti berinteraksi dengan orang lain, berbicara di kelas, menghadapi konflik dengan teman sebaya, hal ini bisa memperburuk perasaan putus asa, terisolasi, cemas, dan depresi.
Selain itu orang dewasa muda yang cenderung membandingkan dengan apa yang mereka lihat di sosial media berpotensi mengalami risiko peningkatan depresi dan isolasi. Namun, para peneliti juga menemukan dampak positif dari penggunaan TikTok dan media sosial lainnya oleh anak muda.
Dalam sebuah penelitian menunjukkan gejala yang memburuk yang diyakini mungkin disebabkan karena menonton konten TikTok secara online. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa cyberbullying hingga pengucilan sosial terjadi berdampak pada tingkat masalah kesehatan mental yang lebih tinggi pada remaja.
Penelitian lainnya mengkonfirmasi bahwa anak-anak dengan kesehatan mental yang kompleks dan pemicu stres atau trauma lingkungan bisa mengalami peningkatan gejala emosional setelah menonton TikTok.
Di samping dampak buruknya, salah satu manfaat yang bisa diambil yaitu bisa dengan mudah membicarakan kesehatan mental di TikTok. Banyak kreator TikTok yang membagikan pengalaman dirinya mengidap penyakit mental.
TikTok dianggap membantu menemukan komunitas anak muda terlebih ketika lockdown saat pandemi covid-19. Seorang praktisi perawat kesehatan mental dan psikoterapis, Kojo Sarfo yang memiliki lebih dari 1,9 juta pengikut di TikTok setuju dan memuji bahwa aplikasi tersebut menciptakan ruang untuk mereka yang memiliki kondisi kesehatan mental dapat merasa memiliki teman seperjuangan karena topik kesehatan mental masih tabu di masyarakat. (kab/kes).