Gerak Jalan “Celuluk Hingga Legong Keraton”, Sambut Hut RI ke – 79 di Tegallalang, Gianyar

Desa Sebatu, mengeluarkan tim PKK desa untuk ikut lomba. Mereka berpenampilan penari legong keraton namun tetap menggunakan sepatu saat gerak jalan.

Gianyar, kabarbali.id – Kabupaten Gianyar, Bali, memang layak menyandang sebutan bumi seni. Sebagai besar masyarakatnya yang bergelut bidang seni, baik patung, pahat maupun seni tari, ditorehkan untuk menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan RI ke 79 tahun.

Sebagai 17 desa se Kecamatan Tegallalang, mengeluarkan satu peserta gerak jalan, dengan kreasi pakaian tari Bali. Ada yang berpakaian rangda, celuluk, topeng hingga peserta dengan pakaian legong keraton.

Camat Tegallalang Ni Wayan Trisna Dewi Handayani mengatakan lomba diikuti oleh 17 peserta perwakilan setiap desa dan 1 peserta kehormatan dari SMK Negeri 1 Tegallalang.

“Ini namanya gerak jalan inovatif, mengambil jarak kurang lebih 2 km dengan start depan kantor camat finis di lapangan, peserta wajib berpakaian seni tari Bali,” kata Dewi Handayani, Sabtu (3/8/2024).

Peserta bebas baik putra maupun putri. Ada dari pasukan pecalang, ada dari PKK Desa. Mereka antusias menunjukkan kreasinya masing-masing.

“Dengan lomba gerak jalan inovatif ini bisa memberikan ruang berinovasi dan kreativitas warga dalam menyambut HUT RI,” imbuhnya.

Lomba gerak jalan ini rutin digelar saban tahun, dan berhenti dari 2020 sampai 2023 dan 2024 baru kembali digelar.

“Sangat antusias sekali, bisa dilihat mungkin dari hiasan-hiasan peserta yang sangat effort. Jadi menampilkan kesenian dan keunggulan hingga potensi masing-masing desa,” ucapnya.

Sebatu Tampilkan Legong Keraton

Sementara salah satu tim dari Desa Sebatu, mengeluarkan tim PKK desa untuk ikut lomba. Mereka berpenampilan penari legong keraton namun tetap menggunakan sepatu saat gerak jalan.

Mereka melenggok dan berkreasi di jalan yang dilalui hingga menjadi perhatian warga, terlebih wisatawan yang lewat langsung berhenti melihat momen langka itu.

“Pakaian merupakan kesepakatan teman-teman dan beginilah hasilnya, kami semangat mengikuti agenda lomba ini, untuk menyambut hari kemerdekaan,” kata Koordinator gerak jalan Desa Sebatu, Putu Adi Ekawati.

Ekawati menyebut pakain yang digunakan tidak sembarangan. Untuk warna hijau merupakan simbol Prabu Lasem yang berarti kepemimpinan.

“Momen 17 agustus tahun ini menjelang transisi kepemimpinan di Republik Indonesia, memiliki harapan agar Kepemimpinan Indonesia dijiwai dengan semangat humaniora yang humble,” harapnya.

Selain itu kata Ekawati, legong keraton merupakan salah satu icon seni dan budaya Bali. Yang tidak bisa dipisahkan dari semangat perjuangan.

“Kami memakai kostum legong keraton yang utuh, tidak menambahkan dan mengurangi tatanan bentuk busana dan atributnya” tandas Sekretaris BPD desa Sebatu ini.

Tegallalang Celuluk

Sementara peserta dari desa Tegallalang, Dewa Gede mengatakan menggunakan pakaian topeng, dengan khas celuluk. “Sejak diinformasikan dari kecamatan ada lomba ini kami antusias dan sepakat ambil topeng celuluk. Ini topeng bukan diletakkan di pura melainkan milik masing-masing pribadi peserta,” jelasnya.

Dewa Gede menyebut selain harus melintasi jarak 2 Km, juga wajib menampilkan kreasi di lapangan untuk disaksikan juga kepada juri. “Kesannya unik dan lucu juga, ada kegiatan seperti ini mencirikan bahwa kegiatan di gelar di Bali,” pungkasnya. (art/kab).

kabar Lainnya