Kenapa Purnama Kapat Jadi Pilihan untuk Ngodalin? Ini Penjelasannya

KABARBALI.ID – Umat Hindu di Bali merayakan Rahina Purnama Kapat, hari suci yang disebut berbeda dari purnama lainnya. Purnama Kapat jatuh pada sasih kapat dan dipercaya sebagai momen turunnya para Dewa dan Dewi ke jagat raya.

Karena keistimewaannya, Purnama Kapat banyak dipilih umat untuk melaksanakan piodalan atau ngodalin, baik di pura desa maupun pura dadia.

“Purnama Kapat adalah bulan baik. Diyakini pada hari ini para dewa turun ke dunia, sehingga banyak pura memilih hari ini sebagai tegak piodalan,” jelas salah satu pemangku di Denpasar, Senin (6/10/2025).

Simbol Penyucian Rwa Bhinneda

Hari raya Purnama dipersembahkan kepada Sang Hyang Chandra, sementara Tilem dipersembahkan kepada Sang Hyang Surya. Kombinasi keduanya menjadi penyucian Sang Hyang Rwa Bhinneda, yakni kesatuan Surya dan Candra.

“Dalam satu tahun, umat Hindu merayakan 12 kali Purnama dan 12 kali Tilem. Khusus Purnama Kapat, nilainya sangat luhur karena diyakini sebagai yoga para dewa,” imbuhnya.

Disebut dalam Lontar Sundarigama

Keagungan Purnama Kapat juga tersurat dalam Lontar Sundarigama:
“Ayoga Bhatara Parameswara, sira Sanghyang Purusangkara.”

Artinya, Bhatara Parameswara beryoga bersama Bhatari, diiringi para dewata, bidadara-bidadari, dan resi sorgawi. Karena itu, para sulinggih atau pendeta wajib melakukan pemujaan tertinggi, memuja lingga, dan menghaturkan sesaji khusus.

Upakara dan Tata Pelaksanaan

Pada Purnama Kapat, umat Hindu menghaturkan upakara berupa:

• Pěněk kuning, prayascita, dan rěrěsikan

• Daging pěněk: ayam putih siungan panggang

  Baca Juga: DPRD Gianyar ; Ranperda tentang Pelestarian Seni dan Budaya, Landasan hukum Bagi Eksistensi Budaya Gianyar

• Segěhan agung untuk Bhuta Kala

Persembahan bunga harum dilakukan di sanggar, parhyangan, atau pura. Pada malam harinya, umat dianjurkan melakukan dhyana dan semadi untuk memperkuat sradha bhakti.

Penanda Musim dan Spiritualitas

Selain bermakna religius, Purnama Kapat juga menandai peralihan musim kemarau menuju musim penghujan. Pada masa ini, bunga-bunga bermekaran (Kartika Penedenging Sari) sebagai simbol puncak keindahan.

“Purnama Kapat bukan sekadar ritual, tetapi momentum umat untuk memperdalam nilai agama, menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Hyang Widhi,” tutupnya. (Pur/Kab).

Purnama Kapat hingga Tumpek Uduh, Ini Daftar Rerainan Oktober 2025