KABARBALI.ID, KLUNGKUNG – Warga Nusa Penida, khusunya warga Banjar Adat Gelagah, Desa Kutampi, Nusa Penida, Klungkung, Bali dihebohkan dengan digelarnya prosesi upacara penguburan seekor ular jenis sanca sepanjang 4 meter.
Prosesi upacara digelar Minggu (2/2/2025) di Banjar adat Gelagah oleh semua warga setempat.
Kelihan Banjar Adat Gelagah I Wayan Duduk menceritakan prosesi upacara dari pembersihan hingga penguburan layaknya manusia dalam prosesi Hindu Bali ini lantaran banyak hal mistis dan aneh terjadi pada warga, karena ular itu dipercaya bukan ular biasa melainkan peliharaan dari alam gaib yang melindungi wilayah itu.
“Ada warga awalnya melihat ular dekat pohon jenis klampwak lalu dipukul menggunakan kayu, pada Kamis (30/1/2025) pagi, namun ularnya tidak mati,” kata Duduk, Senin (3/2/2025).
Dijelaskan, karena ular tidak mati kemudian melintas Jero Mangku Kak Darma yang akan ke tegalan. Kak Mangku yang diberitahu ada ular kemudian melihat dan ular itu sempat menjilat tangannya. Setelah itu kepala ular dipukul dengan kayu seketika itu ularnya mati.
“Warga sempat menarik ular tapi tidak bisa karena badannya sakit sehingga sampe sore masih dilihat, lalu disuruh membuang ular sejauh 5 kilometer dari lokasi,” ujarnya.
Lalu, keanehan mulai muncul Jero Mangku Kak Darma bermimpi didatangi orang besar mengaku pemilik hewan peliharaan dibunuh. Dari petunjuk ular harus dikuburkan dengan layak. Sehingga keesekoan pagi, ular kembali diambil oleh yang pertama kali melihat karena bermimpi juga dicari ular yang sama.
“Ular dikubur lengkap diisi canang dan bekal uang,” ujarnya.
Situasi masih belum stabil karena banyak keanehan terjadi, sehingga Kak Mangku Darma mencari Jero Klian untuk diskusi karena kesalahan yang diperbuat sudah membunuh ular duwe. Dan takut terjadi musibah lain mucul.
“Setelah kami setujui sarana prasarana upacara disiapkan dan upacara pembersihan dan penguburan dilaksanakan Minggu kemarin bersama semua warga sebanyak 137 KK,” jelasnya.
Bahkan, ia berujar, baru pertama kali warga kerawuhan hingga belasan orang dari ular diambil dari tempat mengubur ular juga warga kesurupan.
“Baru pertama kali warga kesurupan seperti ini, mudah-mudahan dengan prosesi yang sudah kami gelar untuk ular duwe itu tidak ada lagi hal aneh terjadi,” ungkapnya.
Untuk keberadaan ular sudah ada sejak lama namun jarang kelihatan dan jikapun muncul paling pada malam hari saja. Selain itu kawasan ini ada tiga Pura yakni Pura Geria, Pura Paibon dan Pura Banjar. (Sta/kab).