
KABARBALI.ID – Ngembak Geni merupakan hari yang jatuh sehari setelah Hari Raya Nyepi, atau pada pinanggal ping kalih sasih Kadasa dalam penanggalan Caka. Tradisi ini menandai berakhirnya Catur Brata Penyepian yang telah dijalankan oleh umat Hindu di Bali sehari sebelumnya.
Secara etimologi, istilah “Ngembak Geni” berasal dari dua kata dalam bahasa Bali, yaitu “ngembak” yang berarti terbuka atau bebas, dan “geni” yang berarti api. Dengan demikian, Ngembak Geni memiliki makna bebas menyalakan api, menandai kembalinya aktivitas kehidupan setelah sehari penuh menjalani penyepian.
Ngembak Geni bukan hanya sekadar hari untuk kembali beraktivitas, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Hari ini menjadi simbol semangat baru bagi umat Hindu setelah melakukan perenungan dan introspeksi diri melalui Catur Brata Penyepian. Catur Brata ini terdiri dari:
Dengan menjalankan Catur Brata, umat Hindu melakukan refleksi diri, menenangkan pikiran, serta mempersiapkan diri untuk menghadapi tahun baru dengan semangat yang lebih baik. Setelah proses ini, Ngembak Geni menjadi momen untuk membuka lembaran baru dengan penuh kesucian dan harmoni.
Pada hari Ngembak Geni, umat Hindu di Bali biasanya melakukan beberapa tradisi utama:
Umat Hindu mengawali Ngembak Geni dengan melaksanakan persembahyangan di pura keluarga atau pura desa. Persembahyangan ini bertujuan untuk memohon berkah dan perlindungan dalam menjalani kehidupan di tahun yang baru.
Setelah melakukan persembahyangan, banyak umat Hindu melanjutkan dengan ritual pelukatan, yaitu penyucian diri secara fisik dan spiritual. Ritual ini sering dilakukan di sumber mata air suci, sungai, atau laut, dengan tujuan membersihkan diri dari energi negatif dan mendapatkan kesucian kembali.
Dharma Shanti atau kegiatan saling mengunjungi keluarga, kerabat, dan tetangga menjadi bagian penting dari Ngembak Geni. Momen ini digunakan untuk saling memaafkan atas kesalahan yang pernah terjadi, baik yang disengaja maupun tidak. Dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih, umat Hindu diharapkan bisa menjalani kehidupan lebih baik di tahun yang baru.
Seperti yang dijelaskan oleh seorang tokoh adat Bali, “Pada hari Ngembak Geni ini, kita membuka pintu maaf, saling memaafkan. Sehingga bisa bebas dari pengaruh Sad Ripu, jadi tidak ada lagi rasa dengki dan iri hati antar sesama umat.”
Tradisi Ngembak Geni juga selaras dengan ajaran Tri Hita Karana, yang merupakan konsep utama dalam kehidupan masyarakat Bali. Tri Hita Karana mencakup tiga aspek utama:
Dengan menjalankan Ngembak Geni, umat Hindu di Bali tidak hanya mempererat hubungan dengan sesama, tetapi juga menjaga keseimbangan alam dan spiritualitas mereka.
Ngembak Geni bukan sekadar perayaan pasca-Nyepi, tetapi memiliki makna mendalam sebagai momentum introspeksi, pembaruan semangat, dan penguatan hubungan sosial. Melalui tradisi ini, umat Hindu di Bali meneguhkan kembali nilai-nilai spiritual, menjaga harmoni dengan sesama, serta menata kehidupan yang lebih baik di masa depan. Dengan tetap melestarikan Ngembak Geni, masyarakat Bali turut menjaga warisan budaya yang kaya akan makna dan filosofi kehidupan.
Dengan segala keistimewaannya, Ngembak Geni menjadi salah satu tradisi unik Bali yang terus dipertahankan dari generasi ke generasi, mencerminkan keseimbangan antara spiritualitas, sosial, dan budaya. (Pur/Kab).