Kabarbali.id – Bagi masyarakat Jawa yang masih percaya budaya kuno, malam ini, Minggu (7/7/2024) adalah malam suro. Salah satu yang menarik perhatian adalah kepercayaan seputar Weton Tulang Wangi.
Weton ini dipercaya memiliki keistimewaan dan sensitivitas tinggi terhadap hal gaib. Sehingga, mereka yang memiliki weton tersebut dikaitkan dengan berbagai mitos dan pantangan di bulan Suro.
Dilansir dari beberapa sumber, malam 1 Suro merupakan malam yang menandai awal bulan pertama dalam penanggalan Jawa.
Para pemilik weton tertentu ini, biasanya sudah mulai ngrasa aneh di beberapa bagian tubuh. Nyeri, lemas, susah tidur, perasaan gelisah, denger suara-suara aneh ditelinga, dan panas di belakang leher.
Sakit-sakitan yang dialami menjelang Malam Satu Suro terjadi lantaran ada benturan energi besar, yang hanya bisa dirasakan dan berdampak ke seseorang dengan Weton Tulang Wangi.
Biasanya sakit-sakitan yang dialami Weton Tulang Wangi berakhir ketika tradisi pembersihan pusaka selesai. Pemilik weton tulang wangi dipercaya memiliki aura atau daya tarik positif, sehingga sering mendapat simpati dan dukungan dari orang lain.
Dalam buku primbon Jawa, ada beberapa ciri orang-orang yang memiliki Weton Tulang Wangi. Sehingga orang-orang yang memiliki sensitivitas spiritual atau weton tertentu mungkin merasakan efek negatif seperti sakit-sakitan.
keyakinan akan weton tulang wangi muncul lantaran budaya Jawa tidak bersifat antropologi, namun lebih ke kosmologi. Artinya, orang jawa meyakini bahwa dirinya bagian dari semesta alam.
Diantaranya ;
– Energi spiritual: Weton Tulang Wangi memiliki energi spiritual yang kuat, sehingga menarik perhatian makhluk gaib.
– Sensitivitas: Kemampuan mereka untuk merasakan dunia gaib membuat mereka lebih mudah terhubung dengan makhluk astral.
– Keseimbangan: Weton Tulang Wangi dipercaya memiliki keseimbangan antara energi positif dan negatif, yang menarik bagi makhluk gaib.
– Aura mistis: Orang yang memiliki Weton Tulang Wangi dipercaya memiliki aura yang kuat dan memikat, sehingga mereka dianggap memiliki daya tarik mistis.
Untuk menghindari pertemuan dengan makhluk halus, disarankan tetap berada di dalam rumah dan melaksanakan serangkaian ritual khusus. Berikut beberapa pantangan Weton Tulang Wangi saat malam 1 Suro:
1. Menikah
Kepercayaan Jawa, khusus yang memiliki weton tulang wangi, sangat diingatkan tidak melakukan pernikahan atau hajatan pada malam 1 Suro. Tujuannya agar tidak bersaing dengan hajatan yang mungkin digelar Keraton. Jika seseorang nekat melangsungkan pernikahan atau menggelar hajatan pada malam 1 Suro, dipercaya membawa kesialan bagi acara tersebut.
2. Keluar Rumah saat Malam 1 Suro
Pemilik weton tulang wangi diyakini lebih rentan terhadap gangguan makhluk halus. Dengan mematuhi larangan tersebut, diharapkan bisa menghindari pertemuan tidak terduga dengan makhluk gaib. Tidak keluar rumah pada malam 1 Suro disebut mencerminkan penghormatan terhadap leluhur dan keyakinan akan keberadaan dunia spiritual yang beriringan dengan dunia fisik.
3. Diimbau Tidak Berbicara Kotor atau Buruk
Berbicara buruk atau kotor saat malam 1 Suro menjadi pantangan weton tulang wangi. Sebab dianggap tidak pantas masyarakat, khususnya saat malam 1 Suro yang dianggap suci dan sakral. Selain itu dipercayai bahwa kata-kata negatif yang diucapkan dapat menjadi kenyataan pada malam 1 suro, sehingga penting untuk dihindari.
4. Gigit Bibir
Pantangan weton tulang wangi bagi orang Jawa khususnya, dianjurkan untuk tidak menggigit bibir pada malam 1 Suro. Tindakan ini memiliki makna simbolis dalam masyarakat Jawa yang melambangkan kesedihan dan kesusahan. Karena itu, saat malam 1 Suro sebaiknya hindari menggigit bibir untuk mencegah terjadinya hal-hal yang memunculkan kesedihan dan kesusahan.
5. Pindah Rumah atau Renovasi Orang Jawa
Pindah rumah atau sedang merenovasi bagi orang yang memiliki weton tulang wangi, ditegaskan tidak melakukannya saat malam 1 Suro.
Keyakinan ini berasal dari kepercayaan Jawa yang ingin meminimalkan risiko kecelakaan selama proses tersebut, mengingat banyaknya aktivitas gaib yang diyakini berlangsung pada malam 1 Suro.
Arti malam satu suro
Kata “Suro” berasal dari bahasa arab “Asyura” yang berarti sepuluh atau hari kesepuluh bulan Muharram. Asyura oleh warga Jawa dibaca menjadi “Suro”. Ada juga warga beberapa daerah yang menyebutnya “Suran”. Peringatan malam satu Suro biasanya diperingati pada malam hari setelah Maghrib pada hari sebelum tanggal 1 Suro atau 1 Muharam.
Hal ini sesuai keyakinan Jawa mengenai pergantian hari baru dimulai saat Matahari terbenam pada hari sebelumnya. Perayaan malam satu Suro memiliki makna sebagai peringatan tanda pergantian waktu. Ini dianggap sangat penting dan berhubungan langsung dengan siklus kehidupan, ritual, perhitungan, dan lainnya. (kab).