Kisah Ida Rsi Alit, Pasca Ngelukar Gelung Umumkan Madiksa Lagi

Ida Rsi Alit muput (foto istimewa).

Bangli, kabarbali.id – Ida Pandhita Mpu Budha Maharesi Alit Parama Daksa adalah sulinggih termuda dan madiksa diusia remajanya pada 14 Maret 2006 di Griya Agung Budha Salahin, Tanggahan Tengah, Susut Bangli. Namun kemudian, beliau ngelukar gelung alias melepas gelar kesulinggihan 17 Agustus 2018 karena menikah dengan Warga Negara Asing (WNA) berkebangsaan Amerika.

Namun, sejak 24 Maret 2024 Ida menyatakan diri kembali menjadi sulinggih dalam postingannya di media sosial Instagramnya @idarsialit pada akunya menyatakan ;

“Astungkara. Saya menghaturkan puji syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa atas terlaksanakannya upacara Mediksa pada malam bulan purnama tanggal 23 Maret 2024 lalu di Bangli. Setelah melalui berbagai persiapan, upacara Mediksa akhirnya dapat dilaksanakan dengan penuh hikmat. Sembari memanjatkan doa dan puja, saya menerima penobatan ini dan kembali mengabdikan diri sebagai Ida Resi Salahin sejak 24 Maret 2024. Semoga kita semua selalu diberkati. Om Shanti Shanti Shanti Om.”

Dan setelah menjadi sulinggih, Ni  Komang Widiantari (nama walaka) kini bernama Ida Pandhita Mpu Budha Maharesi Alit Parama Daksa.

Pro dan kontra status sulinggih itu ramai, karena yang bersangkutan mengunggahnya di media sosial. Pro dan kontra, ada yang mendukung dan ada yang mempertanyakannya.

Melali direct massage kabarbali.id sempat mengkonfirmasi akan tetapi tidak mendapat respon dari sang sulinggih.

Boleh Tidak Tergantung Nabe

Ida Rsi Alit

Sementara Ketua PHDI Bangli Nyoman Sukra, mengatakan ada sebuah syarat yang wajib dilakukan jika dikemudian hari yang bersangkutan akan kembali menjadi sulinggih. Salah satu syarat dari ida nabe, yakni harus melakukan penyucian diri (dharmayatra) selama satu tahun.

Penyucian diri tersebut termasuk di antaranya melakukan perjalanan spiritual ke Sungai Gangga di India dan Angkor Wat di Kamboja.  “Semua keputusan ada di nabe beliau menerima atau tidak,” katanya.

Sukra mengatakan di PHDI jelas diatur oleh kesamuhan agung, tentang persyaratan menjadi Sulinggih. “Namun dalam pelaksanaannya, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat, Desa mawacara. Dan setiap nabe punya dasar sastranya,” ujar Sukra.

Kenapa Remaja Sudah Jadi Sulinggih ?

Dikutip dari tanggahantengahblogspotcom, Ida Rsi lahir di keluarga sederhana. Yang dilakoni anak-anak kebanyakan, itulah juga yang dia lakukan. Tidak ada tanda-tanda keanehan dalam diri seorang sulinggih ini. Sebelumnya dia berhasil menamatkan diri hingga sekolah Menengah Kejuruan yang ada di Bangli dengan tujuan mudah mendapatkan pekerjaan.

Disekolah tercatat siswa pintar, hingga mewaliki Propinsi Bali untuk pertukaran pemuda. Singkat cerita, setelah tamat ada keinginan kuat untuk bekerja hingga akhirnya diikutilah kegiatan testing ke Bintan. Namun setelah beberapa lama pekerjaan tak  kunjung datang. Hingga akhirnya kebingungan mulai menyelimuti, Maharsi Alit. Kebingunan ini muncul diperkirakan sekitar awal Januari 2006.

Kemudian dia pulang ke Bali, dan mencoba mencari pekerjaan ke sana-ke mari. Namun seperti di atas, hasilnya nihil. “Tiang merasa kecewa saat itu, malu dengan keluarga, diri sendiri dan teman-teman,” ujar kelahiran (walaka) 14 Maret 1985 ini.

Karena bingung, sekitar September 2006, Ida disuruh untuk melaksanakan pelukatan. Akhirnya hal inipun dilakoni. Namun kebingungan makin menjadi. Hingga akhirnya disarankan lagi untuk melaksanakan meditasi. Sebagai anak muda, saat itu, Ida sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan Mangku Alit. Yang ada dalam benaknya, meditasi adalah sebuah ritual yang rumit dan mesti dilakukan di tengah hutan seperti cerita-cerita kuno.

Waktu pun terus berjalan, dengan derasnya wahyu Weda tersebut turun langsung tersimpan dalam memori Ida Maharsi. Bahkan setiap pukul 5 sore, Ida diboyong keluar untuk mencari orang-orang sakit sekadar menanyakan hal yang terjadi ini.

Didiksa 14 Maret 2006

Setiap melaksanakan persembahyangan kerap ada perintah-perintah gaib yang intinya agar Ida segera malinggih atau madiksa.   Saat di Batu Karu sendiri, ada pawisik,  ada paica berupa Manik Asta Gina di rumah bersangkutan dan saat ini tidak diketahui. Karena dinyatakan dalam pawisik yang mendapatkan adalah almarhum bapaknya. Karena Manik Asta Gina inilah wahyu weda yang turun tidak hilang dan tersimpan dalam memori. Dan oleh karena itu diharuskan untuk malinggih dan bergelar Maharsi.

Kemudian tangkil ke Griya Gede Nongan Karangasem ditanyakan kemudian Ida Pedanda di Nongan juga mengecek Ida Maharsi dan memang tidak diragukan lagi Ida harus madiksa.

upacara padiksannya pada 14 Maret 2006 di Griya Agung Budha Salahin, Tanggahan Tengah, Susut Bangli. Nuansa saat itu menurut Mangku Alit benar-benar luar biasa getarannya. Untuk nyeda raganya, memang benar-benar mati dalam semalam. Hal ini diakui oleh Mangku Alit yang saat ini ngabih Ida Maharsi.

Untuk Nabe napak adalah Ida Pandita Mpu Nabe Acarya Daksa. Sementara Guru Waktranya adalah Ida Bhagawan Bajra Sandi, Griya Taman Sari Tegak, Klungkung dan Guru saksinya adalah Ida Pandita Mpu Nabe Purwa Nata dari Singaraja.

Nah kemudian setelah melaksanakan padiksaan, Komang Widiantari lahir kembali dengan bhiseka Ida Panditha Mpu Budha Alit Maharsi Paramadaksa. (kab).

kabar Lainnya