Amor Ing Acintya, Bali Kehilangan Dua Sulinggih Nabe Siwa Bodha Tersohor Dalam Waktu Bersamaan

Dua sulinggih tersohor Bali lebar bersamaan.

Kabarbali.id – Dua sulinggih yang namanya sangat tersehor dan dihormati lebar dengan waktu hampir bersamaan.

Pertama ada Ida Pedanda Gede Jelantik Dwaja  dari Griya Jelantik Dauh Pasar Budakeling, Karangasem lebar diusia 90 tahun dan kedua ada Ida Pedanda Wayahan Bun Sanur Pejeng, Tampaksiring, Gianyar. waktunya hampir bersamaan pada Selasa (10 / 7 / 2024).

Dua sosok ini memiliki nama tersohor sebagai seorang pendeta suci Bali.

Salah satu pengagum kedua sulinggih ini adalah, Staf Khusus Presiden RI,  Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana  menyatakan kedua tokoh peranda senior dan wibuhing sisya, wibuhing sastra.

“Ida Pedanda Gede Jelantik Dwaja adalah salah satu Peranda Budha senior di Bali. Usia beliau hampir menginjak 90 tahun. Memilki banyak nanak di dharma, baik di Pulau Bali maupun sampai ke Lombok,” ungkap Dwipayana dikutip kabarbali.id.

Menurutnya karena tergolong senior, Bethara lepas juga menjadi Yajamana, memimpin banyak upacara besar di Pura-pura Kahyangan Jagat dan Kahyangan desa di seluruh Bali.

Ida Pedanda lepas juga pernah memimpin sebagai Penglingsir Dangkerta Dharmagosana Perkumpulan Dharmopedesa Pusat Nusatara. Beliau menggantikan Ida Pedanda Gede Made Gunung yg berpulang.

“Saya terkesan dengan pembawaan beliau yg tenang, teduh dan tidak banyak bicara. Meskipun saat welaka, beliau ada seorang dalang. Pewayangan beliau juga sangat khas karena memiliki rambut dan alis memutih,” kenangnya.

Semasa hidupnya, sebelum mediksa tahun 2000 silam, almarhum adalah pensiunan dosen Fakultas Sastra Unud dan pernah menjabat sebagai Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Gianyar.

“Beliau juga pernah menjadi Dharma Upadesa, organisasi yang mewadahi para pendeta di Kabupaten Gianyar,” kenangnya.

Ida Pedanda Wayahan Bun

Ida Pedanda Wayahan Bun meninggalkan dua orang istri dan tujuh orang anak.

“Selama beberapa tahun ini, almarhum menderita diabetes dan gangguan ginjal,” ujarnya.Wafatnya sang sulinggih, sontak banyak didatangi oleh kerabat dan keluarga.

Jenazah almarhum disemayamkan di Balai Gedong dan akan dilaksanakan upacara pelebon (ngaben untuk sulingih) pada 8 Agustus 2024. Dan sebelum itu, juga digelar nyiramin pada tanggal 20 Juli dan 4 Agustus 2024, dilanjutkan dengan upacara ngaskara pada tanggal 7 Agustus 2024. (kab).

kabar Lainnya