
KABARBALI.ID, GIANYAR – Pemerintah Desa Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, memprioritaskan pembangunan 282 titik Teba Modern sebagai solusi pengelolaan sampah rumah tangga berbasis sumber.
Program ini direalisasikan secara bertahap sepanjang tahun anggaran 2025 dan 2026, menyasar seluruh rumah tangga di sembilan banjar wilayah desa tersebut.
Perbekel Desa Batubulan Kangin, Alit Putra Atmaja, menyampaikan bahwa pengelolaan sampah menjadi salah satu program unggulan selama masa kepemimpinannya.
“Sampah dihasilkan setiap hari, maka wajib kami urus. Ini menjadi prioritas saya selama menjabat, selain di bidang kesehatan, pemberdayaan, dan pembangunan fisik,” ujarnya, Rabu (4/6/2025).
Sebanyak 282 Teba Modern akan dibangun merata di sembilan banjar, masing-masing menerima alokasi 31 titik. Teba ini dirancang dengan kedalaman dua meter menggunakan satu buah buis beton lengkap dengan penutup, tanpa dinding dasar. Desain ini memungkinkan mikroorganisme dalam tanah bekerja secara alami menguraikan sampah organik, menjadikan proses pengelolaan lebih ramah lingkungan dan mandiri.
Untuk memastikan efektivitas program, Pemerintah Desa Batubulan Kangin menggandeng pegiat lingkungan sekaligus pelopor Teba Modern, I Made Mustiana dari Banjar Cemenggaon. “Selama masa kepemimpinan saya, program ini wajib dianggarkan setiap tahun. Tahun depan kami akan tambah titik Teba Modern agar setiap kepala keluarga bisa memiliki fasilitas pengelolaan sampah sendiri,” tegas Alit.
Sementara itu, Desa Adat Batuyang juga menunjukkan komitmen dalam penanganan sampah dengan menerapkan Pararem Sampah yang disahkan dalam Paruman Madya pada 9 Mei 2025. Melalui pararem tersebut, prajuru adat mulai memasang tanda larangan membuang atau menimbun sampah sembarangan di wilayah desa. Aturan ini mengikat seluruh krama desa, dengan sanksi adat dikenakan terhadap pelanggar sesuai ketentuan yang berlaku.
Sinergi antara pemerintah desa dan desa adat ini menciptakan model pengelolaan sampah terpadu yang menggabungkan pendekatan administratif dengan kearifan lokal. Kolaborasi ini menjadi langkah konkret menuju desa bersih, mandiri, dan berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan. (Tut/Kab).