Selain Wisata, Bambu di Desa Panglipuran Bangli Juga Ladang Cuan untuk Atap Klasik

Selain Wisata, Kerajinan Bambu Panglipuran Bangli Ladang Cuan untuk Atap Klasik.

KABARBALI.ID, BANGLI – Siapa yang tidak kenal dengan wisata Desa Panglipuran, di Bangli, Bali. Selain tercatat sebagai desa terbersih di Dunia, Panglipuan yang kaya akan pohon bambunya ternyata juga eksis.

Kerajinan bambu di Desa Panglipuran tercatat memiliki ciri khas unik dan klasik sehingga laku dipasaran.

Kerajinan berupa atap bambu ini dibuat oleh warga setempat, biasanya digunakan pada usaha pariwisata untuk atap villa, restoran dan jika perorangan biasanya untuk atap bale bengong dan tempat suci.

Untuk penjualan ke luar daerah, atap bambu dari Penglipuran sampai dikirim ke Surabaya, Jakarta. Bahkan ada yang ekspor sampai ke Malaysia.

Seperti dikatakan salah satu perajin bambu, I Nengah Nadru, ia biasa mengerjakan atap bamboo untuk eksport.

“Kuat ini bisa bertahan sampai 15 tahun, bahkan lebih,” kata Nadru, Sabtu (1/2/2025).

Iapun menjamin atap dari bambu anti bocor, karena pemasangan atap bambu pada prinsipnya sama dengan pemasangan atap genteng. Siku-siku saling menutupi, hingga tidak ada celah sedikitpun disampingnya.

“Kalo di Penglipuran, angkul-angkul, bale dan paon, wajib gunakan atap bambu,” terangnya.

Kelebihan lain dari atap bambu adalah makin lama makin ringan karena makin mengering. “Pada awalnya saja agak berat, mungkin karena kadar airnya masih ada,” terangnya. Namun setelah itu akan semakin ringan.

Ukuran atap bambu bervariasi. Mulai dari panjang 30 cm, 40 cm, 50 cm dan 60 cm. Itu mengacu pada fungsinya. Untuk sineb(penutup) atas ukuran 50 cm. Sedang ke bawahnya makin panjang sampai maksimal panjang 60 cm. Sedang lebar atap bambu antara 4 cm – 5 cm. Harganya berkisar Rp 600.000 per setiap seribu biji.

Bagi yang ingin membuat atap dari bambu bisa langsung ke kawasan Desa Panglipuran, atau kawasan kelurahan Kubu Bangli. Nanti disana bisa memesan langsung dan ukuran bisa disesuaikan. (Bii/Kab).

kabar Lainnya