Lapas Perempuan Kerobokan Jadi Sentra Ketahanan Pangan, Warga Binaan Panen Lele hingga Sayur Hidroponik

Hingga Oktober 2025, Lapas Perempuan Kerobokan telah tiga kali memanen ikan lele dengan total hasil lebih dari 50 kilogram.

BADUNG, KABARBALI.ID – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Kerobokan terus menegaskan komitmennya mendukung Asta Cita Presiden Republik Indonesia serta 13 Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas), melalui penguatan program ketahanan pangan berbasis pembinaan produktif.

Program ini menjadi wujud nyata dari upaya pemasyarakatan untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dan ketahanan pangan nasional, sejalan dengan arahan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Brigjen Pol. Dr. Mashudi agar setiap Lapas dan Rutan menjadi sentra pembinaan produktif dan ramah lingkungan.

Hingga Oktober 2025, Lapas Perempuan Kerobokan telah tiga kali memanen ikan lele dengan total hasil lebih dari 50 kilogram.

Kepala Lapas Perempuan Kerobokan, Ni Luh Putu Andiyani, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga sarana pembentukan karakter dan mental positif bagi warga binaan.

“Kegiatan ini sebagai media pembelajaran kehidupan. Warga binaan belajar arti kerja keras, tanggung jawab, dan kebersamaan. Ketika mereka melihat hasil panen lele, ada rasa bangga karena itu hasil tangan mereka sendiri,” ujar Andiyani, Senin (20/10/2025).

“Panen bukan hanya soal ikan yang dihasilkan, tetapi tentang perubahan sikap,” tambahnya.

Hasil panen digunakan untuk memenuhi kebutuhan dapur sehat warga binaan, sementara sebagian lainnya dimanfaatkan untuk pelatihan wirausaha di bidang perikanan sebagai bekal setelah bebas nanti.

Hidroponik Jadi Wahana Belajar Pertanian Modern


Tak hanya di sektor perikanan, LPP Kerobokan juga berinovasi di bidang pertanian. Dengan lahan yang terbatas, mereka mengembangkan tanaman sayur-mayur secara konvensional dan sistem hidroponik.

Selama tahun 2025, tercatat enam kali panen sayur konvensional—kangkung, cabai rawit, pokcoy, hingga terong—dengan total hasil sekitar 15 kilogram. Sementara itu, sistem hidroponik yang dikelola di area khusus mampu memproduksi pokcoy, selada, dan seledri dengan panen setiap enam minggu, menghasilkan sekitar 2 kilogram sayur segar per periode.

“Kami ingin warga binaan melihat bahwa pertanian modern seperti hidroponik bisa jadi peluang hidup baru. Ini bukan sekadar kegiatan harian, tapi bekal keterampilan saat mereka kembali ke masyarakat,” lanjutnya.

Dukung Asta Cita Presiden dan Green Correctional System

Program ini merupakan bentuk dukungan terhadap Asta Cita Presiden poin keempat, yakni pemerataan pembangunan ekonomi berbasis kemandirian komunitas, sekaligus implementasi dari Gerakan Green Correctional System yang digagas Ditjen Pemasyarakatan.

“Kami ingin menjadikan Lapas Perempuan Kerobokan sebagai contoh nyata bahwa pembinaan tak hanya membangun moral, tapi juga melahirkan kemandirian ekonomi. Inilah bentuk kontribusi kami terhadap Asta Cita Presiden,” pungkasnya. (Rls/Kab).

kabar Lainnya